UNIT
I
PENDAHULUAN
A.
Pengantar
Sampai saat ini pembangunan pendidikan nasional belum
mencapai hasil sesuai yang diharapkan, terutama terkait dengan masalah
pemerataan akses dan kualitas pendidikan. Secara eksternal, komponen masukan pendidikan yang secara signifikan
berpengaruh terhadap rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain: (1)
ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan yang belum memadai secara
kuantitas dan kualitas; (2) sarana dan prasarana belajar yang belum tersedia
dan belum didayagunakan secara optimal; (3) pendanaan pendidikan yang belum
memadai untuk menunjang mutu pembelajaran; dan (4) proses pembelajaran yang
belum efisien dan efektif (Depdiknas, 2005: 30).
Untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, yang salah satunya melalui
peningkatan kompetensi guru, Pemerintah Indonesia melaksanakan berbagai bentuk
pelatihan guru dalam jabatan (in-service
teacher training). In-service
training atau biasa disingkat INSET adalah salah satu cara untuk
meningkatkan kemampuan guru atau mendiseminasikan sebuah inovasi. Tujuan umum
INSET adalah membantu guru memperbaiki kualitas mengajar untuk meningkatkan
karir profesionalnya dengan mendorong mereka untuk selalu bekerja sama antar
mereka sendiri (Noor, 2006). Richards, Platt, dan Platt (1992) mengatakan bahwa
In-service Training diberikan kepada guru yang telah mempunyai
pengalaman mengajar dan merupakan bagian dari kelangsungan pengembangan
profesionalisme mereka.
Dalam rangka
meningkatkan kompetensi guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah, Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan - Depdiknas
melaksanakan program Better Education Through Reformed Management and
Universal Teacher Upgrading (BERMUTU). Salah satu tujuan program dumaksud adalah
untuk meningkatkan mutu guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah melalui
pemberdayaan kapasitas kelompok kerja (KKG) dan musyawarah kerja guru (MGMP),
kepala sekolah serta pengawas sekolah (KKKS/MKKS, KKPS/MKPS). Khusus dalam
kegiatan peningkatan kompetensi guru melalui pemberdayaan KKG/MGMP salah
pendekatan kegiatan yang dijalankan adalah kegiatan Lesson Study yang dipadukan
dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Case Study. Kegiatan-kegiatan
tersebut akan dijalankan dalam pelaksanaan KKG/MGMP di masing-masing daerah
sasaran.
Lesson
Study bukan metode pembelajaran, juga bukan
pendekatan pembelajaran. Sebenarnya, Lesson
Study adalah model pembinaan
(pelatihan) profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif
dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas yang saling
membantu dalam belajar untuk membangun komunitas belajar. Memperhatikan
definisi Lesson Study ini, sebagian orang mempertanyakan, apa bedanya dengan PTK (Penelitian
Tindakan Kelas)? Jawabnya adalah dalam Lesson Study dapat dilakukan PTK bahkan bukan hanya PTK,
namun juga dapat dilakukan penelitian pengembangan pembelajaran.
Modul tentang lesson study ini dimaksudkan untuk menjadi salah satu acuan
dan panduan teknis pelaksanaan lesson study di KKG/MGMP, khususnya dalam
implementasi program BERMUTU maupun pada kegiatan pengembangan guru di luar
program atau untuk umum. Dengan demikian diharapkan lesson study dapat menjadi
sutau pola kegiatan KKG/MGMP yang diharapkan mampu menjadi mesin penggerak
putaran KKG/MGMP yang lebih konsisten dan efektif.
B.
Tujuan
Tujuan dari penyusunan
modul secara umum adalah untuk menyediakan acuan operasional yang sederhana
untuk memahami dan melaksanakan lesson study. Secara lebih detil tujuan
tersebut adalah agar para guru dapat:
- menjelaskan pengertian lesson study secara konseptual dan praktis
- menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan lesson study secara operasional
- merancang pembelajaran untuk pelaksanaan open class yang efektif
- melaksanakan open calss secara efektif
- melaksanakan observasi pembelajaran secara cermat
- melaksanakan diskusi refleksi secara interaktif dan efektif
- merencanakan tindak lanjut dari kegiatan lesson study
C.
Sistematika
Modul
lesson study ini dirancang dalam bentuk yang sederhana agar mudah dipahami dan
dilaksanakan oleh setiap guru dalam kegiatan KKG/MGMP. Bagian pertama modul
berisis tentang pengantar, tujuan dan sistematika penyajian. Bagian kedua
menyajikan tentang cara belajar memahami konsep dan prinsip lesson study.
Bagian ketiga menyajikan cara merancang pembelajaran yang efektif dalam
kegiatan lesson study. Bagian ke empat menyajikan tentang bagaimana
melaksanakan pembelajaran yang diobservasi (open class) secara efektif. Bagian
keempat berisis tentang tatacara diskusi refleksi yang efektif.
UNIT II
MEMAHAMI
KONSEP DAN PRINSIP LESSON STUDY
A. Pengantar
Istilah lesson study masih relatif asing di kalangan
sebagian besar guru di Indonesia. Sesungguhnya, lesson study telah lama
berkembang di Jepang, yakni sekitar abad ke-19. Namun baru masuk dan mulai
dikembangkan di Indonesia sekitar akhir 2004 oleh para tenaga ahli JICA (Jepang
International Cooperation Agency) melalui program IMSTEP (Indonesian Mathematics and Science Teaching Education Project).
Kemudian dilanjutkan pengembangannya melalui Program SISTTEMS (Strengthening In-Service Teacher Training of
Mathematics and Science Education at Junior Secondary Level) pada Tahun 2006 - 2008, dan juga PELITA (Program for Enhancing Quality of Junior
Secondary Enducation) pada Tahun 2009 – 2012.
Apa sesungguhnya lesson study itu?
Banyak kalangan yang kurang memahami lesson study menganggap lesson study
sebagai suatu pendekatan, metode atau model pembelajaran layaknya pembelajaran
kooperatif, inkuiri, CTL, atau sejenisnya. Ada yang mengidentikan lesson study
dengan PTK. Bahkan ada yang memahami lesson study layaknya latihan mengajar
seperti microteaching. Untuk dapat
memahami dengan tepat apa itu lesson study, lakukan kegiatan belajar berikut
ini.
B. Tujuan
Tujuan yang diharapkan dapat dicapai setelah mempelajari
bagian ini adalah para guru dapat:
1.
menjelaskan
pengertian lesson study secara konseptual
2.
menjelaskan
prinsip-prinsip lesson study
3.
menjelaskan
tahap-tahap pelaksanaan lesson study
4.
menjelaskan
alasan tentang perlunya guru melakukan kegiatan lesson study untuk meningkatkan
kompetensinya.
C. Bahan/Sumber Belajar
Untuk memperoleh pengetahuan dan wawasan tentang konsep
dan prinsip lesson study para guru dapat membaca berbagai buku atau artikel
tentang lesson study. Namun harus disadari saat ini masih terbatas buku-buku tentang
lesson study yang ditulis dalam Bahasa Indonesia. Artikel-artikel tentang
lesson study, baik dalam Bahasa Inggris maupun Bahasa Indonesia, banyak dimuat
dalam berbagai website maupun blog. 1.
D. Langkah Kegiatan Belajar
Untuk mempelajari tentang konsep dan prinsip lesson study
dapat dilakukan secara berkelompok di KKG/MGMP atau secara individual dan
mandiri. Jika dilakukan secara berkolompok di KKG/MGM maka ikutilah langkah
berikut ini.
![]() |
E. Bahan Bacaan
Untuk membantu
memahami konsep dan prinsip lesson study secara garis besar dapat menggunakan
atau baca artikel tentang lesson study berikut ini.
![]() |
A. Pengertian Lesson Study
Lesson study adalah suatu proses sistematis
yang digunakan oleh guru-guru Jepang untuk menguji keefektifan pengajarannya
dalam rangka meningkat hasil pembelajaran (Garfield, 2006). Proses sistematis
yang dimaksud adalah kerja guru-guru secara kolaboratif untuk mengembangkan
rencana dan perangkat pembelajaran, melakukan observasi, refleksi dan revisi
rencana pembelajan secara bersiklus dan terus menerus. Menurut Walker (2005) Lesson study adalah suatu metode
pengembangan profesional guru. Menurut Lewis (2002) ide yang terkandung didalam
lesson study sebenarnya singkat dan
sederhana, yakni jika seorang guru ingin meningkatkan pembelajaran, salah satu
cara yang paling jelas adalah melakukan kolaborasi dengan guru lain untuk
merancang, mengamati dan melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang
dilakukan.
Secara lebih operasional
lesson study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian
pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip
kolegialitas dan mutual learning
untuk membangun komunitas belajar dalam rangka meningkatkan profesio-nalisme
guru serta meningkatkan kualitas pembelajaran
B. Langkah-langkah Pelaksanaan Lesson Study
Dalam praktiknya ada beberapa variasi atau
penyesuian cara melakasanakan lesson study. Lewis (2002) menyarankan ada
eman tahapan dalam awal mengimplementasikan lesson study di sekolah.
Tahap 1: Membentuk kelompok lesson study,
yang antara lain berupa kegiatan merekrut anggota kelompok, menyusun
komitmen waktu khusus, menyusun jadwal pertemuan, dan menyetujui aturan
kelompok.
Tahap 2: Memfokuskan lesson study, dengan tiga kegiatan antara
utama, yakni: (a) menyepakati tema penelitian (research theme) tujuan jangka panjang bagi murid; (b) memilih
cakupan materi; (c) memilih unit pembelajaran dan tujuan yang disepakati.
Tahap 3: Merencanakan rencana pelmbelajaran (Research Lesson), yang meliputi kegiatan melakukan pengkajian pembelajaran yang telah
ada, mengembangankan petunjuk pembelajaran, meminta masukan dari akhli dalam
bidang studi dari luar (dosen atau guru lain yang berpengalaman).
Tahap 4: Melaksanakan pembelajaran
di kelas dan mengamatinya (observasi). Dalam hal ini pembelajaran dilakukan
oleh salah seorang guru anggota kelompok dan anggota yang lain menjadi
observer. Observer tidak diperkenankan melakukan introduksi terhadap jalannya
pembelajaran baik kepada guru maupun siswa.
Tahap 5: Mendiskusikan dan menganalisis pembelajaran, yang telah
dilaksanakan. Diskusi dan analisis sebaiknya mencakup butir-butir: refleksi
oleh instruktur, informasi latar belakang anggota kelompok, presentasi dan diskusi data-data dari hasil
observasi pembelajaran, diskusi umum, komentar dari ahli luar, ucapan terima
kasih.
Tahap 6: Merefleksikan pembelajaran dan merencanakan tahap-tahap
selanjutnya. Pada tahap ini anggota kelompok diharapkan berpikir tentang apa
yang harus dilakukan selanjutnya. Apakah berkeinginan untuk membuat peningkatan
agar pembelajaran ini menjadi lebih baik?, apakah akan mengujicobakan di kelas
masing-masing?, dan anggota kelompok sudah puas dengan tujuan-tujuan lesson study dan cara kerja kelompok?
Sementara itu,
Richardson (2006) menuliskan ada 7 tahap atau langkah yang termasuk dalam lesson study, yakni:
Tahap 1: membentuk sebuah tim lesson study.
Tahap 2: Memfokuskan lesson study
Tahap 3: Merencanakan rencana
pelmbelajaran (Study Lesson).
Tahap 4: Persiapan untuk observasi.
Tahap 5: Melaksanakan pengajaran dan
observasinya.
Tahap 6: Melaksanakan
tanya-jawab/diskusi pembelajaran.
Tahap 7: Melakukan refleksi dan
merencanakan tahap selanjutnya.
Masih ada beberapa variasi lagi
tahapan lesson study yang dikemukan
oleh beberapa ahli, seperti Robinson (2006) yang mengusulkan
8 tahap berdasarkan pada jumlah pertemuan yang diperlukan dalam pelaksanaan lesson study dalam implementasinya di “Israeli Midle
School Teachers”.
Sementara itu,
implementasi lesson study di
Indonesia yang dimulai saat para tenaga ahli Jepang dalam Program IMSTEP JICA
mengenalkan lesson study di tiga
universitas (UPI, UNY dan UM) pada akhir Tahun 2004. Dalam tahap awal
pengenalan lesson study tersebut
Saito (2005) mengenalkan ada tiga tahap utama lesson study, yakni: (1) Perencanaan (Plan), (2) Pelaksanaan (Do),
dan Refleksi (See). Penyederhanaan
menjadi tiga tahap saja dilakukan dengan pertimbangan untuk memudahkan
praktiknya dan menghilangkan kesan bahwa lesson study sebagai suatu
kegiatan yang rumit dan sulit dilakukan. Ketiga tahapan
tersebut dilakukan secara berulang dan terus-menerus (siklus). Kegiatan utama
yang dilakukan dalam masing-masing tahapan tersebut dapat dilihat pada Bagan 1
berikut ini.
![]() |
Gambar 1:
Daur Lesson study yang Terorientasi pada Praktik (Saito, 2005)
Tahap perencanaan (Plan)
bertujuan untuk menghasilkan rancangan pembelajaran yang diyakini mampu
membelajarkan peserta didik secara efektif serta membangkitkan partisipasi
aktif peserta didik dalam pembelajaran. Perencanaan yang baik tidak dapat
dilakukan secara sendirian. Pada tahap ini beberapa pendidik dapat berkolaborasi
untuk memperkaya ide terkait dengan rancangan pembelajaran yang akan dihasilkan,
baik dalam aspek pengorganisasian bahan ajar, aspek pedagogis, maupun aspek
penyiapan alat bantu pembelajaran. Sebelum ditetapkan sebagai hasil final,
semua komponen yang tertuang dalam rancangan pembelajaran dicobaterapkan
(disimulasikan). Pada tahap ini juga ditetapkan prosedur pengamatan termasuk
instrumen yang diperlukan.
Tahap pelaksanaan (Do) dimaksudkan untuk
menerapkan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan pada tahap
sebelumnya. Salah satu anggota (guru/dosen) bertindak sebagai ”guru model”
sedangkan yang lain bertindak sebagai pengamat (observer). Pengamat lainnya (selain anggota kelompok perencana)
juga dapat bertindak sebagai observer. Fokus pengamatan diarahkan pada
aktivitas belajar peserta didik dengan berpedoman pada prosedur dan intrumen
pengamatan yang telah disepakati pada tahap perencanaan, bukan untuk
mengevaluasi penampilan guru (dosen) yang sedang bertugas mengajar. Selama pembelajaran
berlangsung, pengamat tidak boleh mengganggu atau mengintroduksi kegiatan pembelajaran.
Pengamat juga dapat melakukan perekaman kegiatan pembelajaran melalui video camera atau foto digital untuk
keperluan dokumentasi dan atau bahan diskusi pada tahap berikutnya, atau
bahkan untuk kegiatan penelitian. Kehadiran pengamat di dalam ruang kelas
disamping mengumpulkan informasi juga dimaksudkan untuk belajar dari pembelajaran
yang sedang berlangsung.
Tahap refleksi (See) dimaksudkan untuk menemukan
kelebihan dan kekurangan pelaksananaan pembelajaran. Guru atau dosen yang telah
bertugas sebagai pengajar mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan-kesan
dalam melaksanakan pembelajaran. Kesempatan berikutnya diberikan kepada
anggota kelompok perencana yang dalam tahap do bertindak sebagai
pengamat. Selanjutnya pengamat dari luar diminta menyampaikan komentar dan lesson learned dari pembelajaran
terutama berkenaan dengan aktivitas peserta didik. Kritik dan saran disampaikan
secara bijak tanpa merendahkan atau menyakiti guru demi perbaikan. Sebaliknya,
pihak yang dikritik harus dapat menerima masukan dari pengamat untuk perbaikan
pembelajaran berikutnya. Berdasarkan masukan dari diskusi ini dapat dirancang
kembali pembelajaran berikutnya yang lebih baik.
C. Alasan Digunakannya
Lesson Study
Mengapa menggunakan lesson study
dan bagaimana lesson study dapat membawa pada perbaikan
kualitas pembelajaran dan pendidikan secara lebih luas? Menurut Lewis (2002) di Jepang lesson study tidak hanya memberikan sumbangan terhadap pengetahuan
keprofesionalan guru, tetapi juga terhadap peningkatan sistem pendidikan yang
lebih luas. Lewis (2002) menguraikan ada
lima jalur yang
dapat ditempuh lesson study, yakni: (1)
membawa tujuan standard pendidikan ke alam nyata di dalam kelas, (2)
menggalakkan perbaikan dengan dasar data, (3) mentargetkan pencapaian berbagai
kualitas siswa yang mempengaruhi kegiatan belajar, (4) menciptakan tuntutan
mendasar perlu peningkatan pembelajaran, dan (5) menjunjung tinggi nilai guru.
Lewis, Perry dan
Murata (2006) telah mengembangkan tabel atau bagan untuk menjelaskan tentang
mekanisme lesson study dapat meningkatkan kualitas pembelajaran (Lihat Bagan
2). Sementara Stepanek (2003) menjelaskan bahwa lesson study
dapat membantu para guru untuk melihat kelas atau pembelajarannya melalui
“kacamata” penelitian. Proses tersebut berpotensi untuk mengubah sekolah
menjadi tempat di mana guru dapat meneliti dan memverifikasi apa yang
dikerjakan untuk murid- muridnya. Bahkan Stepanek juga mengatakan bahwa peta
pendidikan berubah secara signifikan ia menuliskan lesson study pertama kali
dalam Jurnal Northwest Teacher di Northwest-US.
|

Hasil studi tentang kegiatan
piloting pembelajaran MIPA dan lesson study selama masa implementasi program
tindak lanjut IMSTEP 2004-2005 memaparkan adanya perubahan dalam praktik
pengajaran matematika dan sains di Indonesia setelah dimulainya lesson study. Perubahan
tersebut adalah: (1) perubahan dalam pemantapan dasar akademik pembelajaran,
akibat dari jalinan antara guru dengan dosen-dosen dari universitas; (2)
perubahan dalam struktur pembelajaran, ditunjukkan dengan digunakannya
eksperimen atau aktivitas fisik/kerja, dan diskusi; (3) perubahan reaksi siswa
selama dalam proses pembelajaran (Saito, 2005; Saito, Harun, dan Ibrohim, 2005;
Saito, et al. 2006; Saito, et al. 2006a). Hasil monitoring dan evaluasi
kegiatan piloting dan lesson study dalam pembelajaran biologi di sekolah
menengah Kota Malang menunjukkan bahwa kegiatan ini dapat meningkatkan
keprofesionalan guru serta meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran
biologi. Di samping itu guru biologi menjadi lebih inovatif dan
bersungguh-sungguh dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Di samping itu,
hasil belajar siswa meningkat, ditandai dengan peningkatan hasil biologi siswa,
dari 72% siswa yang mendapatkan nilai di
atas 60 menjadi 97% siswa (Sulasmi dan Rahayu, 2006).
Bukti lain yang menunjukkan
keunggulan dari lesson study dilaporkan oleh Sumarna (2006) bahwa pelaksanaan
lesson study berbasis sekolah membawa manfaat di antaranya: 1) Guru biologi
menjadi termotivasi dan bangkit untuk membuat inovasi dalam pembelajarannya
sehingga tercipta pembelajaran yang aktif, komunikatif, dan menyenangkan.
Motivasi guru ini tumbuh karena adanya
kerjasama yang positif, akademis, sinergis, dan kolaboratif di antara guru
dalam kelompok MGMP sekolah; 2) Adanya persiapan pembelajaran yang lebih baik
dari guru biologi, baik persiapan mental, administrasi, dan penguasaan materi
pelajaran; 3) Guru biologi menjadi terdorong untuk belajar lebih banyak dalam
hal materi, pemilihan strategi dan penggunaan model pembelajaran yang tepat
demi kesuksesan pembelajarannya.
Liliasari
(2008) menjelaskan bahwa Lesson study telah meningkatkan kemampuan guru menyusun
model pembelajaran dan keakuratan pengelolaan waktu untuk pengajaran. Selain
lesson study juga meningkatkan keterbukaan dan dalam mengobservasi dan
mengkritisi pembelajaran. Menurut Ibrohim (2008)
kegiatan lesson study dalam Program SISTTEMS telah meningkatkan keefektivan dan
intensitas kegiatan MGMP MIPA di Kabupaten Pasuruan. Selain itu kegiatan lesson
study juga telah mengindikasi dapat menyebabkan peningkatan kompetensi
guru MIPA, mulai dari penguasaan materi ajar, kemampuan mempersiapkan,
melaksanakan, mengobservasi pembelajaran dan merefleksikannya. Hasil penelitian seorang pengawas sekolah di Sumedang
(Kusdijantono, 2008) menunjukkan hasil-hasil sebagai berikut: (1) Lesson
study yang diterapkan di Kabupaten Sumedang telah mampu mengoptimalkan guru
dalam melaksanakan tugas dalam pembelajaran; (2) Mengoptimalkan hak belajar
siswa dalam kelas; (3) Peran pengawas sebagai seorang observer lebih
teraktualisasi.
Serangkaian kegiatan, mulai dari tahap plan sampai see, dilakukan secara kolaboratif. Hal ini secara nyata telah
menghasilkan dampak sosiologis yang sangat positif. Kolegialitas antarpendidik
dapat terbina dengan baik, tidak ada pendidik yang merasa lebih tinggi atau
lebih rendah. Mereka juga berbagi pengalaman dan saling belajar. Dengan
demikian, melalui serangkaian kegiatan dalam rangka lesson study ini terbentuk atmosfer akademik
yang kondusif bagi terciptanya mutual learning (saling belajar). Pada prinsipnya,
semua orang yang terlibat dalam lesson study harus memperoleh
lesson learned. Dengan
demikian lesson study sangat
potensial untuk membangun learning community.
F. EVALUASI
Jawablah
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jawaban singkat dan sistematis
berdasarkan pemahaman Saudara. Setelah itu cobalah untuk meminta teman
memeriksa jawaban tersebut. Berapa persen Saudara dapat mejawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut.
1.
Jelaskan
pengertian lesson study secara konseptual!
2.
Jelaskan,
apa sesungguhnya yang dimaksud dengan lesson study secara praktis?
3.
Sebutkan
prinsip penting dalam lesson study!
4.
Sebutkan
tahap-tahap dalam melaksanakan lesson study!
5.
Jelaskan
apa pentingnya lesson study dalam pengembangan kompetensi dan profesionalisme
guru atau pendidik!
BAGIAN III
MERANCANG PEMBELAJARAN DALAM LESSON STUDY
A. Pengantar
Sebagaimana di jelaskan dalam bagian sebelum, bahwa tahap
pertama pelaksanaan lesson study adalah merancang pembelajaran. Kegiatan
merancang pembelajaran sebaiknya dilakukan secara kolaboratif dalam kelompok
kerja (KKG/MGMP). Hal ini penting agar masing-masing guru , khususnya yang
merasa kurang mampu, dapat saling belajar dengan yang lain. Ini adalah bagian
dari esensi dari lesson study, yakni kolaboratif dan kolegialitas.
Rencana pembelajaran disusun sebagai persiapan
pelaksanaan pembelajaran yang diobservasi atau biasa disebut dengan open class
atau open lesson. Rencana pembelajaran
atau secara lebih spesifik disebut skenario pembelajaran yang akan digunakan
oleh guru model disusun berdasarkan pertimbangan kondisi dan situasi kelas atau
siswa yang akan dibelajarkan. Oleh
karena itu sebelum menyusun skenario pembelajaran, sebaiknya calon guru model
memaparkan secara terbuka situasi dan kondisi siswanya dan fasilitas-fasilitas
pendukung kegiatan belajar. Hal ini penting agar rencana pembelajaran yang
disusun dapat dilaksanakan secara efesien dan efektif untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Modul ini akan memberikan arahan secara ringkas cara
menyusun rencana pembelajaran untuk persiapan pelaksanaan open class atau
pembelajaran yang diobservasi.
B. Tujuan
Tujuan yang diharapkan dapat dicapai setelah mempelajari
bagian ini adalah para guru dapat:
1.
Menjelaskan
pentingnya penyusunan rencana pembelajaran sebelum pelaksanaan open class.
2.
Menyebutkan
langkah-langkah penyusunan rencana pembelajaran untuk open class dalam lesson
study.
3.
Menyebutkan
hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun rencana pembelajaran yang baik.
4.
Menyusun
rencana pembelajaran yang operasional untuk mencipatakan pembelajaran yang
efektif.
C. Bahan,
Alat dan Sumber Belajar
Bahan dan sumber belajar yang diperlukan untuk melakukan
kegiatan ini antara lain:
1.
Dokumen
Lampiran Permen Diknas 23 Tahun 2006 (Standar Kompetensi)
2.
Silabus
3.
Buku
ajar (Paket)
4.
Buku
rujukan lain yang dianggap perlu
5.
Alat
atau media pembelajaran yang mendukung rencana pembelajaran.
6.
Komputer/Laptop
(jika ada, untuk mengetik RPP dan perangkat lainnya)
D. Langkah
Kegiatan Belajar
|
![]() |
E. Bahan
Bacaan
Untuk membantu memahami rambu-rambu secara garis
besar penyusunan rencana pembelajaran (lesson plan) untuk kegiatan lesson study
atau khususnya open class dapat mempelajari artikel/penjelasan berikut ini.

A. RASIONAL
Lesson study adalah suatu
model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara
kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip kolegalitas dan mutual learning. Lesson study
dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu plan
(merencanakan), do (melaksanakan),
dan see (merefleksikan) yang secara
bersiklus dan berkelanjutan. Lesson study
merupakan salah satu wujud pengembangan komunitas belajar (learning community)
Secara singkat,
lesson study bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pengkajian pembelajaran. Pengkajian
pembelajaran yang telah dirancang secara kolaboratif atau individual oleh guru/dosen
model dimaksudkan untuk mengases dan mengevaluasi efektivitas dan efesiensi
pembelajaran. Jika kegiatan lesson study
dilakukan secara berkala dan berkelanjutan maka diharapkan akan dapat
meningkatkan keprofesionalan secara bertahap, khususnya yang terkait dengan
kompetensi profesional dan pedagogis. Hal ini dapat terjadi karena dalam
kegiatan lesson selalu terjadi kolaborasi dan sharing mulai dari tahap perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran yang diobservasi (open
lesson/open class), sampai
refleksi dan revisi rencana pembelajaran.
Sesungguhnya
inti dari kegiatan lesson study
adalah apabila guru atau dosen mau membuka kelas (pembelajaran) untuk diamati
oleh sejawat atau komponen stakeholders pendidikan
yang lainnya, kemudian direfleksi. Untuk melaksanakan open lesson diperlukan persiapan, yakni menyusun rencana
pembelajaran (lesson plan) dengan
perangkat-perangkat lainnya. Selain itu untuk pelaksaan obervasi dan refleksi
diperlukan beberapa kelengkapan lainnya. Dalam modul singkat ini akan diuraikan
rambu-rambu dalam mempersiapkan pelaksanaan open
lesson, khususnya dalam penyusunan rencana pembelajaran (lesson plan).
B.
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN
Dalam praktik pelaksanaan lesson study yang dikembangkan oleh
Program SISTTEM (2006 -2008), dan PELITA (2009-2012) bersama JICA wujud dari lesson plan yang disusun oleh guru di MGMP antara lain berupa RPP
dan perangkat pembelajaran lainnya. Langkah penyusunan rencana pembelajaran
tersebut antara lain dapat diuraikan sebagai berikut.
1.
Penyusunan
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
RPP disusun
oleh guru-guru di KKG/MGMP di bawah koordinasi guru fasilitator /pemandu. Jika
ada pendamping dari pihak yang lebih berkompeten, seperti: dosen, pengawas sekolah, kepala sekolah, atau guru
inti maka diharapkan hasilnya lebih baik. Tahap-tahap penyusunan RPP dalam
tahap perencaan pembelajaran (plan)
antara lain:
a.
Pemilihan topik pembelajaran
Pemilihan topik
didasarkan atas pertimbangan tingkat kesulitan materi ajar atau kesulitan untuk
mengajarkannya (membelajarkan), atau berdasarkan urutan materi yang telah
dituangkan dalam Program Semester (Promes) dan silabus.
b.
Menganalisis isi kurikulum atau silabus.
Mengkaji
standar kompetensi, kompetensi dasar, dan silabus yang telah disusun sebelumnya
oleh sekolah/guru.
c.
Penetapan indikator dan tujuan pembelajaran untuk topik
yang dipilih.
d.
Penetapan pendekatan/motode dan startegi pembelajaran
Pemilihan
metode dan strategi pembelajaran didasarkan pada karakteristik materi ajar,
tingkat kemampuan berpikir siswa (karakteristik siswa yang akan diajar),
ketersedian sarana dan prasarana pendukung dan media, serta masalah-masalah
pembelajaran yang sering dihadapi oleh guru pada pembelajaran topik tersebut
berdasarkan pengalaman sebelumnya.
e.
Penyusunan skenario pembelajaran
Setelah
ditetapkan metode dan strategi pembelajaran selanjutkan akan disusun langkah-langkah
pembelajaran, mulai dari tahap awal (apersepsi dan motivasi), langkah-langkah
kegiatan ini, dan penutup (pemantapan, konsulidasi, aplikasi).
f.
Penulisan RPP sesuai format yang tetapkan atau
disepakati.
Semua
tahapan pelaksanaan penyusunan RPP dari mulai memilih topik sampai penyusunan
skenario pembelajaran dilakukan dalam bentuk diskusi yang dipimpin oleh
fasilitator atau guru pemandu.
2. Penyusunan Perangkat Pendukung Pembelajaran
Perangkat-perangkat
pendukung yang umumnya dibuat untuk mengefektifkan kegiatan pembelajaran antara
lain berupa: LKS (jika diperlukan), instrumen asesmen dan evlauasi, bahan ajar
(bacaan), dan media pembelajaran.
a.
Lembar Kerja
Siswa
LKS dibuat
sedemikian rupa agar dapat menjadi pendaun kerja/belajar siswa. LKS yang
diharapkan adalah LKS yang menuntut kemampuan siswa berpikir kritis, analitis,
kreatif dan menemukan atau memahami konsep-konsep yang dipelajari. Dalam
menyusun LKS , sebaiknya isi LKS tidak hanya menuntut siswa mengisi titik-titik
atau isian singkat yang bersifat informatif belaka. Jika mungkin upayakan LKS
berisi-kasus yang harus dipecahkan siswa melalui diskusi dalam kelompoknya atau
berupa arahan melakukan percobaan/praktikum. Jika kegiatan belajar dilakuka
dalam bentuk kerja kelompok maka harus dpastikan bahwa pertanyaan atau
permasalahan yang harus dipecahkan siswa benar-benar menuntut siswa berdiskusi
dalam kelompoknya. Sebab, jika pertanyaan dalam LKS terlau sederhana dan bisa
diisi siswa tanpa harus kerja kelompok, maka siswa akan cenderung bekerja
individual.
b.
Instrumen
Asesmen atau Evaluasi
Dalam
pembelajaran sangat dianjurkan guru atau observer melakukan asesmen terhadap
proses dan hasil belajar siswa, baik yang bersifat kognitif, psikomotorik, atau
afektif. Pengukuran terhadap aspek kognitif sudah biasa dilakukan guru dalam
bentuk tes tulis atau lisan, yang umumnya guru menyebab dengan tes evaluasi.
Tes evaluasi harus benar-benar mengacu atau mengukur tujuan belajar yang telah
ditetapkan. Sementara itu, aspek afektif dan psikomotorik diperlukan proses
pengukuran/pengamatan dengan menggunakan suatu instrumen yang dilengkapi
observasi yang dilengkapi pedoman dan rubriknya. Jika hal ini dianggap perlu
dan bisa dilakukan sebaiknya instrumennya juga dikelambangkan pada saat perencanaan
(plan). Jika memungkinkan disarankan
untuk menggunakan instrumen yang baku atau instrumen yang telah diujicoba
(validitas dan reliabilitas).
c.
Bahan
bacaan
Jika
buku sumber atau buku paket tidak tersedia, maka sebaiknya juga menyusun atau
menyediakan bahan bacaan yang ditulis oleh guru untuk menjadi sumber belajar
siswa. Bahan bacaan dapat diambil dari buku sumber/buku paket, majalah,
ensiklopedi atau sumber lainnya yang relevan, dan mudah diakses/ditemukan oleh
siswa. Jika tidak demikian maka guru harus mengupayakannya.
d.
Media
Media
pembelajaran alat bantu belajar yang mengandung pesan konsep yang akan
dipelajari siswa. Misalnya, menggunakan gunting untuk belajar konsep pesawat sederhana
atau titik tumpu, gambar cerobong pabrik dengan asap yang mengepul untuk contoh
pencenaran udara, dsb. Sedapat mungkin guru mengupayakan adanya media belajar
yang mendukung agar mempermudah memahami konsep, terutama yang bersifat
abstrak. Untuk penggunaan media atau alat yang bersifat rumit maka sebaiknya
alat atau media tersebut dicoba dulu bersama pada saat tahap perencanaan
tersebut. Hal ini penting untuk memastikan bahwa alat/media dalam kondisi siap
pakai dan akan menghasilkan data hasil amatan atau percobaan yang memadai dan
akurat.
Semua kegiatan
tersebut dilakukan dalam forum diskusi dan bekerja di dalam forum pertemuan KKG/MGMP.
Namun demikian sesungguhnya tidak salah seandainya ada calon guru model yang
menyusun dan mempersiapkan sendiri lesson
plan yang akan dipakai dalam open class, jika ia merasa mampu dan/atau
waktu kolaborasi yang tidak memungkinkan.
F. EVALUASI
Jawablah
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jawaban singkat dan sistematis
berdasarkan pemahaman Saudara. Setelah itu cobalah untuk meminta teman
memeriksa jawaban tersebut. Berapa persen Saudara dapat mejawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut. Untuk tugas yang diberikan, lakukanlah secara
sabar sebagai sarana untuk berlatih.
1.
Jelaskan
pentingnya penyusunan rencana pembelajaran sebelum pelaksanaan open class!
2.
Sebutkan
langkah-langkah penyusunan rencana pembelajaran yang lengkap dan operasional!
3.
Sebutkan
hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun rencana pembelajaran yang baik!
TUGAS
Susunlah
rencana pembelajaran yang operasional untuk persiapan open calss, dengan
memilih salah satu topik pembelajaran yang akan Anda laksanakan pembelajaran di
kelas Saudara. Lengkapi rencana pembelajaran tersebut dengan perangkat
pembelajaran pendukung yang diperlukan.
UNIT III
MELAKSANANAAN
PEMBELAJARAN YANG DIOBSERVASI (OPEN LESSON)
A. Pengantar
Bagian yang sangat penting dari kegiatan lesson study
adalah tahap pelaksanaan pembelajaran dan observasi pembelajaran atau biasa
disebut open class atau open lesson. Karena sesungguhnya, tahap pelaksanaan
pembelajaran merupakan tahap untuk membuktikan, apakah rencana pembelajaran
yang telah disusun dengan cermat dan mempertimbangkan berbagai aspek
pembelajaran dapat menghasil proses pembelajaran yang efektif dengan hasil
belajar siswa yang maksimal.
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini para observer
atau pengamat, yakni anggota KKG/MGMP, kepala sekolah, pengawas sekolah atau
komponen yang lain, dapat menemukan berbagai hal yang terkait dengan aktivitas
belajar siswa. Observer harus melakukan pengamatan secara cermat terhadap
setiap langkah aktivitas belajar siswa, sehingga dapat menemukan hal-hal
menarik dalam aktivitas belajar, baik bersifat positif (mendukung) atau negatif
(tidak mendukung) proses pembelajaran. Fakta-fakta harus di catat oleh pengamat
dengan menyertakan bukti autentik, yakni nama siswa dan momen lain yang
menyertainya. Sebagai contoh: Adi melamu dan tidak memperhatikan penjelasan
guru saat guru mengawali kegiatan belajar; Yanti bermain-main alat percobaan
ketika teman-teman di kelompoknya sedang asyik melakukan pengamatan.
Dengan langkah-langkah pembelajaran yang dibuat oleh guru,
sebagaimana yang tertuang dalam skenario, apakah setiap siswa telah belajar
secara sungguh-sunguh, melakukan aktivitas fisik dan mental (berpikir), dan
kemudian berhasil memahami atau menemukan konsepnya? Harus diingat bahwa, di
dalam pembelajaran tugas seorang guru adalah melayani hak belajar setiap siswa.
Itu artinya, setiap siswa di kelas harus dapat belajar sesuai dengan
kemampuannya masing-masing untuk dapat memahami materi pelajaran atau menemukan
konsepnya. Hal ini berarti pula guru
harus membantu, memfasilitasi, membimbing siswa agar dapat belajar. Di dalam
membantu siswa, sangat diharapkan guru melibatkan siswa lain yang lebih mampu
untuk membantu temannya. Inilah yang
disebut collaborative learning.
Apa yang seharusnya dilakukan oleh guru model dalam
melaksanakan pembelajaran (open class) dan apa yang seharusnya dilakukan oleh
guru dalam mengamati pembelajaran akan diberikan panduan dalam modul ini.
B. Tujuan
Tujuan yang diharapkan dapat dicapai setelah mempelajari
bagian ini adalah para guru dapat:
1.
menjelaskan
hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan open class,
2.
melaksanakan
pembelajaran (open class) secara efesien dan efektif,
3.
melaksanakan
observasi pembelajaran secara cermat.
C. Bahan,
Alat dan Sumber Belajar
Bahan dan sumber belajar yang diperlukan untuk melakukan
kegiatan ini antara lain:
1.
RPP
dan perangkat pembelajaran pendukung
2.
Media
pembelajaran yang diperlukan
3.
Lembar
observasi pembelajaran
D. Langkah
Kegiatan Belajar
Untuk dapat melaksanakan pembelajaran di kelas (bagi guru
model) dan melakukan pengamatan pembelajaran secara cermat (bagi observer) ikutilah
langkah belajar berikut ini.
![]() |
E. Bahan
Bacaan untuk Fasilitator
Untuk mempersiapkan
pelakasanaan pembelajaran yang diobservasi (open class), serta untuk dapat
melakukan observasi secara tertib bacalah artikel singkat tentang rambu-rambu
open class dan observasi pembelajaran berikut ini.

Secara
prinsip tidak ada beda antara pembelajaran rutin dengan pembelajaran dalam
konteks open class. Namun karena
pembelajaran dalam konteks open class
ada pengamatan dan refleksi maka diperlukan perangkat dan pengaturan khusus
dalam pelaksanaan pembelajaran. Perangkat pendukung kegiatan open class atara lain berupa denah
tempat duduk siswa/mahasiswa, lembar observasi, perekam kegiatan belajar,
rambu-rambu observasi dan refleksi.
1. Setting Kelas
Dalam kegiatan open class hadir sejumlah pengamat (observer) . Jumlah observer
yang melakukan pengamatan tidak ada ketentuan minimal atau maksimal. Yang
menjadi pertimbangan adalah ketersediaan ruang (space) kelas yang sesuai untuk sejumlah pengamat. Yang pokok, bahwa
para pengamat dapat mengamati secara leluasa dan dapat mendekat ke siswa, agar
dapat mengamati dan mendengarkan dengan jelas apa saja yang dilakukan dan
dibicarakan siswa dalam belajar. Apakah tingkah laku siswa tersebut terkait
atau mendukung efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran? Oleh karena itu
ruang kelas harus ditata sedemikian rupa agar proses open class berjalan lancar.
Beberapa rambu-rambu yang harus
diperhatikan antara lain:
1.
Ruang kelas yang dipakai harus disesuaikan dengan jumlah
observer yang akan hadir atau sebaliknya jumlah observer dibatasi sesuai dengan
ukuran kelas dan jumlah siswa;
2.
Prinsipnya; observer memiliki ruang untuk berpindah dari
satu sisi ke sisi yang lain untuk mendekat ke siswa yang sedang dalam fokus
pengamatannya dengan tanpa menganggu siswa atau guru;
3.
Jika pembelajaran dilaksanakan dalam setting kerja kelompok, maka harus ada ruang bagi dosen dan
observer untuk mendekati siswa dan dapat berpindah dari satu kelompok ke
kelompok yang lain;
4.
Jumlah siswa dalam kelompok sebaiknya tidak lebih dari 4
orang dengan komposisi yang heterogen dari aspek kemampuan dan gender.
2. Denah tempat
duduk siswa
Dalam kegiatan
observasi pembelajaran para pengamat (observer) harus dapat dengan memudah
mengamati fakta/peristiwa belajar yang terjadi dan dengan mudah mengenali
setiap siswa. Oleh karena itu jika siswa dirancang akan melakukan pembelajaran
dalam bentuk kerja kelompok, maka sebaiknya ada denah tempat duduk atau
kelompok kerja, yang antara lain berisi gambar/denah, nomor dan nama siswa.
3. Lembar Observasi
Pada dasarnya
observasi dalam konteks lesson study
difokuskan pada aktivitas belajar siswa, dan bukan pada langkah-langkah
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Walaupun sesungguhnya apa yang dilakukan
oleh siswa dalam kegiatan belajar terkait dengan langkah-langkah yang dilakukan
guru dalam mengajar. Lesson study
bukan microteaching atau peer teaching. Hal ini perlu ditegaskan
mengingat seringkali pada saat refleksi para observer lebih banyak mengomentari
bahkan mengkritik langkah-langkah pembelajaran yang dibuat oleh guru dari pada
aktivitas dan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu agar observasi
terarah pada aspek-aspek yang harus diamati diperlukan lembar observasi.
Pada dasarnya
lembar observasi yang pernah digunakan dalam kegiatan lesson study dipergunakan oleh para guru atau observer yang sedang
dalam proses belajar mengamati pembelajaran. Hal ini dilakukan agar pengamatan lebih
terarah. Namun ketika sudah terampil atau mahir dalam observasi cukup
menggunakan buku catatan kosong sebagai alat perekam. Contoh lembar observasi yang
pernah digunakan dapat dilihat seperti di bawah ini.
4. Perekam
Kegiatan Belajar
Fakta-fakta
atau peristiwa belajar yang menarik dapat direkam dalam bentuk catatan
anekdotal atau direkam melalui kamera foto atau video (jika ada). Selain sebagai
alat dokumentasi, rekaman video atau foto dapat digunakan sebagai bukti otentik
yang akan dirunjuk atau dikemukakan pada saat refleksi. Namun demikian
perekaman tidak menjadi suatu keharusan.
5.
Rambu-rambu
Observasi
Bagi para
pengamat pembelajaran pemula dalam kegiatan lesson
study diperlukan rambu-rambu agar dapat melakukan observasi dengan tepat
dan cermat. Dalam rambu-rambu observasi akan dijelaskan antara lain tentang:
dimana sebaiknya posisi observer pada saat mengamati kelas, bagaimana cara
mengamati.
LEMBAR OBSERVASI PEMBELAJARAN
DALAM KEGIATAN LESSON STUDY
Tanggal: .......
....................... 2009
A. Apakah semua siswa/mahasiswa benar-benar
telah belajar tentang topik pembelajaran hari ini? Bagaimana proses mereka
relajar? (disertai fakta
konkrit dan alasannya)
|
|
B. Siswa/mahasiswa
mana yang tidak dapat mengikut kegiatan pembelajaran pada hari ini?
(harus
didasarkan pada fakta konkrit yang diamati dengan disertai nama siswa)
|
|
C. Mengapa
siswa tersebut tidak dapat belajar dengan baik? Menurut Anda apa penyebabnya
dan bagaimana alternatif solusinya menurut Anda?
(disertai
alasan, analisis yang mendalam, dan jika mungkin dasar rujukan yang sesuai)
|
|
D. Bagaimana
usaha guru/dosen dalam mendorong siswa/mahasiswa yang tidak aktif untuk belajar?
|
|
E. Pelajaran
berharga apa yang dapat Anda petik dari pengamatan pembelajaran hari ini?
|
|
Catatan: Aspek-aspek lain yang dapat dicermati oleh
observer antara lain: interaksi antar siswa-siswa dalam satu kelompok,
siswa-siswa antar kelompok, siswa - guru, siswa - media/sumber belajar, siswa
– lingkungan.
|
Guru Model/ Kelas /Sekolah:
____________________ / _________ / ___________
Nama Observer : _______________ Jabatan: Guru / KS /
Pengawas / Dosen / ......
PANDUAN PENGAMATAN PEMBELAJARAN (OBSERVASI)
DALAM KEGIATAN LESSON STUDY
A. SEBELUM
PENGAMATAN
Hal-hal yang
perlu diperhatikan sebelum kegiatan pembelajaran dan pengamatan dimulai.
1.
Pengamat dan undangan
lainnya hendaknya datang paling lambat 5 menit sebelum pembelajaran dimulai
2.
Kedatangan tamu di
sekolah hendaknya tidak mengganggu konsentrasi belajar siswa di kelas
masing-masing. Karena itu tamu hendaknya tenang, bila berbicara jangan
menimbulkan kebisingan di sekolah
3.
Siapkan lembar
observasi atau buku catatan dan pena. Jika memungkinkan setiap peserta lesson
study memperoleh RPP, LKS atau perangkat pembelajaran lainnya yang telah
diperbanyak untuk para pengamat.
4.
Denah tempat duduk
siswa dan nomor atau nama siswa perlu disiapkan untuk mempermudah proses
pengamatan. Denah tempat duduk yang dilengkapi dengan nama siswa dibuat dalam
selembar kertas untuk diperbanyak dan dibagikan pada seluruh pengamat yang
datang.
5.
Jika Anda membawa HP,
setel ke profile silent (bisu) atau getar supaya nada panggil tidak
berbunyi. Perlu dihindari mengirim atau menerima telepon kecuali untuk hal-hal
terpaksa. Juga dihindari
kesibukan mengirim sms.
6.
Usahakan untuk tidak
membawa makanan dan tidak merokok di dalam ruangan/kelas.
7.
Pastikan agar pada
waktu pengamatan nanti tidak diganggu perasaan ingin buang hajat. Buang air
kecil/besar hendaknya dilakukan sebelum
pembelajaran.
B. PADA WAKTU
MENGAMATI PROSES PEMBELAJARAN
1.
Semua peserta segera
memasuki kelas dengan tertib pada waktu yang ditentukan.
2.
Begitu memasuki
ruangan semua peserta dan undangan hendaknya tidak lagi berkeinginan keluar
masuk kelas. Tetaplah berada di dalam kelas dan bersiap mengamati siswa
belajar.
3.
Segera menempati
posisi sedemikian sehingga dapat memperhatikan perubahan wajah dan gerak-gerik
siswa ketika belajar. Posisi yang ideal
adalah dihadapan siswa. Namun jika siswa berdiskusi saling berhadapan, posisi
yang ideal adalah di samping kelompok
4.
Pada awalnya, setiap
pengamat berlatih mengamati satu kelompok. Kelak jika sudah lebih dari 5 kali
pengamatan, pengamat dapat mengamati beberapa kelompok lain sehingga dapat
mengetahui atmosfir kelas secara keseluruhan
5.
Tidak membantu guru
dalam proses pembelajaran dalam bentuk apapun. Misalnya ikut membagikan LKS,
menenangkan siswa, dan lain-lain. Biarlah guru melakukan tugasnya secara
mandiri dan terbebas dari intervensi siapapun.
6.
Tidak membantu siswa
dalam proses pembelajaran, misalnya mengarahkan pekerjaan siswa. Jika siswa
bertanya kepada Anda (sebagai pengamat), katakan agar siswa bertanya langsung
pada guru.
7.
Tidak mengganggu
pandangan guru/siswa selama pembelajaran. Jika Anda sedang mendekati kelompok
atau berada di tengah-tengah kelas, kemudian tiba-tiba guru ingin memberikan
arahan secara klasikal maka segeralah menepi agar tidak mengganggu pandangan
siswa.
8.
Tidak mengganggu
konsentrasi siswa dalam belajar, misalnya berbicara dengan pengamat lain, keluar masuk ruangan.
9.
Jika menggunakan
kamera untuk mengambil gambar kegiatan belajar (guru/siswa) lampu kilat (flash)
hendaknya dimatikan. Kilatan lampu kamera dapat mengganggu atau menghentikan
konsentrasi belajar siswa.
10.
Tidak makan, minum,
dan merokok di dalam ruangan pembelajaran.
11.
Ingat, fokuskan
pengamatan pada siswa belajar, bukan hanya pada guru yang mengajar. Gunakan lembar pengamatan yang tersedia. Jika
fenomena yang diamati tidak tercantum dalam lembar observasi, pengamat dapat
menambahkannya.
12.
Pengamat melakukan pengamatan secara penuh sejak awal
sampai akhir pembelajaran.
13.
Selain mengamati
siswa belajar, pengamat juga perlu
memperhatikan:
a)
Teknik pengelolaan
kelas yang dibuat oleh guru
b)
Bagaimana guru
mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran?
c)
Bagaimana guru
memanfaatkan media pembelajaran sederhana dari lingkungan?
d)
Bagaimana upaya guru
membuat siswa kreatif?
Catatan Penting:
Seringkali pejabat beranggapan bahwa kegiatan buka kelas
dan refleksi adalah kegiatan guru, karena itu hanya gurulah yang berhak
melakukan secara intensif mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan refleksi.
Namun sebenarnya tidaklah demikian. Agar dapat memahami dan menghayati
bagaimana siswa belajar dan permasalahan apa saja yang bersangkutan dengan
proses pembelajaran, maka semua yang berkepentingan dengan pendidikan (kepala
sekolah, wakil, pengawas, Pimpinan dan Staf Dinas Pendidikan, dosen perguruan
tinggi) ikut secara aktif terutama pada waktu pelaksanaan pembelajaran
(obsevasi) dan refleksi. Pelaksanaan dan
refleksi merupakan inti dari SP. Di
kedua tahapan (observasi dan refleksi) itu kita dapat belajar bagaimana siswa
belajar, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dan apa saja yang diperlukan
siswa dalam belajar. Di kedua tahapan
itu kita juga dapat menjadi peneliti dengan jalan mengamati dan menganalisis,
yang kemudian menyampaikan secara lisan pada waktu diskusi refleksi. Sekiranya pada waktu diskusi refleksi tidak
dapat hadir, pengamat dapat menyerahkan catatan refleksinya untuk dibacakan
moderator.
(Bacaan ini diambil
dari Buku Lesson Study (Studi Pembelajaran) oleh Istamar Syamsuri dan Ibrohim,
2008)
F. EVALUASI
Jawablah
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jawaban singkat dan sistematis berdasarkan
pemahaman Saudara. Setelah itu cobalah untuk meminta teman memeriksa jawaban
tersebut. Berapa persen Saudara dapat mejawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
1.
Jelaskan
hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan open class agar kegiatan
berjalan lancar, efektif dan efisien!
2.
Dimana
sebaiknya pengamat mengambil posisi berdiri agar dapat melakukan pengamatan
dengan jelas dan tidak menggangu siswa.
3.
Mengapa
pengamat tidak boleh intervensi kepada siswa atau guru model?
4.
Jelaskan
mengapa open class tidak sama dengan peer teaching atau microteaching!
5.
Sebutkan
rambu-rambu agar dapat melakukan pengamatan pembelajaran secara cermat dan
efektif!
TUGAS:
Lakukan kegiatan ini secara
sungguh-sungguh sebagai sarana berlatih lesson study.
1.
Lakukan
sebuah pembelajaran yang diobservasi pada mata pelajaran yang Anda ampu!
Mintalah teman sejawat atau anggota KKG/MGMP sebagai pengamat! Catat hasilnya
dan laporkan pengalaman tersebut dalam pertemuan KKG/MGMP berikutnya.
2.
Jika
ada kegiatan pen class di sekolah atau di KKG/MGMP ikutilah dan jadialah
observer yang baik. Catat semua temuan yang ada peroleh dari hasil pengamatan
kegiatan belajar siswa!
UNIT IV
MELAKUKAN
DISKUSI REFLEKSI
A.
Pengantar
Kegiatan
refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari lesson study. Bahkan dapat
dikatakan keberhasilan sebuah kegiatan lesson study dapat dilihat dari kegiatan
refleksinya. Sebuah pembelajaran yang sudah disusun skenarionya, dapat berhasil
dilaksanakan di kelas atau sebaliknya tidak sepenuhnya berhasil. Perlu
disadari, bahwa tidak ada pembelajaran yang sempurna. Kekurangan yang terjadi
di sana sini atau tidak sesuai dengan skenario merupakan hal yang harus
disadari. Karena sesungguhnya kelas (pembelajaran) merupakan sesuatu yang
dinamis. Oleh karena itu tentu banyak hal menarik dalam kegiatan belajar yang
dapat ditemukan dan dicatat oleh pengamat. Temuan-temuan tersebut akan menjadi
bahan diskusi refleksi.
Kegiatan
refleksi dalam lesson study dilakukan dalam bentuk diskusi. Diskusi dipimpin
oleh seorang moderator dan dilakukan secara interaktif. Berdasarkan pengalaman
melaksanakan forum diskusi refleksi pada tahap awal pengembangan lesson study,
diskusi refleksi terkesan monotone,
kurang interaktif dan efektif. Setiap observer terkesan hanya melaporkan
temuan-temuannya tanpa disertai analisis yang mendalam dan alternatif solusi
yang ditawarkan. Pengamat yang satu kurang peduli dengan komentar pengamat
lainnya. Akibatnya kegiatan diskusi kurang efektif dalam menemukan
masalah-masalah pembelajaran dan mencari pemecahannya.
Setelah
pelaksanaan diskusi refleksi guru model dan para pengamat akan mendapatkan
pengalaman-pengalaman atau pelajaran berharga yang dapat dipergunakan untuk
memperbaiki pembelajaran di kelas masing-masing. Bagi guru model kegiatan
tindak lanjut yang dapat dilakukan adalah merevisi rencana pembelajaran
berdasarkan masukan-masukan dari refleksi. Hasil revisi rencana pembelajaran
dapat dipergunakan untuk pembelajaran di kelas paralel yang lain atau untuk
pembelajaran tahun berikutnya. Demikian juga para pengamat juga dapat
memnafaatkan rencana pembelajaran tersebut di kelasnya, tentu saja dengan
modifikasi-modifikasi yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi kelas. Namun
demikian, selain rencana pembelajaran
yang telah digunakan dalam open class masih banyak pengalaman berharga lain
yang dapat dipetik oleh setiap guru atau pengamat untuk memperbaiki
pembelajaran di kelasnya atau menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun
kebijakan pendidikan di daerahnya.
Untuk
berlatih melakukan diskusi refleksi dan menghindari terjadinya diskusi refleksi
yang monoton, kurang interaktif dan efektif lakukan kegiatan pembelajaran dalam
modul ini.
B.
Tujuan
Tujuan yang diharapkan dapat dicapai setelah mempelajari
bagian ini adalah para guru dapat:
1.
menjelaskan
pentingnya kegiatan refleksi dalam lesson study,
2.
menjelaskan
rambu-rambu pelaksanaan refleksi yang interaktif dan efektif,
3.
melaksanakan
kegiatan diskusi refleksi yang interaktif dan efektif,
4.
melakukan
tindak lajut berdasarkan hasil refleksi.
C.
Bahan, Alat dan Sumber Belajar
Untuk dapat melakasanakan kegiatan belajar atau berlatih memahami dan
melaksanakan refleksi dalam lesson study perlu dipersiapak bahan-bahan berikut
ini.
5.
Catatan
hasil observasi
6.
Rambu-rambu
refleksi (panduan diskusi refleksi)
7.
Catatan
untuk hasil diskusi
8.
Ruang
diskusi yang tempat diduduknya disusun dalam bentuk melingkar atau leter U
sehingga semua pengamat dapat saling memperhatikan.
9.
Papan
tulis atau whitebord
10.
Denah
tempat duduk siswa yang pajang di depan forum
11.
Rekaman
kegiatan pembelajaran atau foto2 kegiatan belajar (jika tersedia)
D.
Langkah Kegiatan Belajar
Untuk dapat belajar dan berlatih memahami dan
melaksanakan diskusi refleksi dalam kegiatan lesson study ikutilah langkah belajar
berikut ini.
![]() |
E.
Bahan Bacaan
Berdasarkan pengalaman kegiatan diskusi refleksi
merupakan bagian yang relatif sulit berkembang. Karena kegiatan refleksi
berkaitan dengan keterampilan berbicara dan berdiskusi secara santun namun
berarti. Oleh karena bagi yang baru belajar diperlukan rambu-rambu agar diskusi
berjalan lancar, interaktif dan efektif. Komentar yang disampaikan dalam forum
diskusi refleksi tidak hanya berupa kegiatan mengorek kekurangan guru atau
kritik dan kemudian berlomba memberikan saran. Komentar dalam refleksi harus
berupa penyampaian temuan fakta atau fenomena belajar siswa yang menarik
(positif atau negatif) yang disertai analisis mendalam penyebab dan alternatif
solusi untuk pemecahan masalahnya. Jalannya diskusi refleksi sangat ditentukan
oleh kepiawaian moderator. Untuk dapat melakukan refleksi yang interaktif dan
efektif perhatikan rambu-rambu berikut ini.
![]() |
Berikut akan diuraikan hal-hal penting
yang perlu diperhatikan oleh moderator dalam memimpin diskusi refleksi agar
diskusi berlangsung kondusif, interaktif dan efektif. Namun demikian, perlu
dipahami bahwa rambu-rambu ini hanyalah sebuah contoh berdasarkan pengalaman.
Artinya pembaca diharapkan dapat mengembangkannya sesuai dengan situasi dan
kondisi di daerah masing-masing.
A. Membuka dan
Mengawali Diskusi Refleksi
1)
Moderator adalah ”orang kunci” yang dapat menghidupkan
suasana diskusi.
2)
Seorang moderator dalam diskusi refleksi lesson study
bukan hanya harus pandai berbicara sesuai situasi, tetapi ia juga harus
memahami isi setiap pembicaraan. Oleh karena itu moderator juga harus mengikuti
dan mencermati semua situasi/kejadian pembelajaran yang akan direfleksikan.
3)
Ketika mengawali dan membuka suasana diskusi, upayakan
untuk menyegarkan suasana pertemuan, yang umumnya para observer dan peserta lesson
study sudah mulai lelah karena sebelumnya berdiri lama dalam melakukan
observasi. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan menyapa beberapa orang yang
sudah dikenal atau mengenalkan beberapa orang peserta atau tamu yang belum
dikenal peserta pada umumnya. Jangan lupa memberikan komentar awal yang arahnya
memberikan penghargaan atau sanjungan untuk memberikan dukungan moral kepada
guru model.
4)
Sampaikan ucapan terima kasih kepada guru model atas
sajian pembelajaran yang telah dibuat dan berikan penghargaan, misalnya berupa
tepuk tangan dari semua peserta.
B. Refleksi Diri Guru Model
1)
Pada saat memberi kesempatan guru model untuk
menyampaikan refleksi, sampaikanlah rambu-rambu apa saja yang perlu diungkapkan
oleh guru model, antara lain;
a.
Guru tidak hanya mengungkapkan perasaan senang, sedih,
bangga atau kurang puas dengan hasil mempraktikan skenario pembelajaran yang
telah dirangcang/dipersiapkan.
b.
Guru model perlu menyampaikan ringkasan alur
langkah-langkah pembelajaran, terutama untuk mengulas hal-hal yang menarik,
baik itu ketidak-terlaksanaan langkah-langkah pembelajaran maupun kasus-kasus
menarik pada langkah tersebut.
c.
Untuk melengkapi refleksi diri, guru model dapat
menyebutkan kira-kira persentase ketercapaian skenario pembelajaran yang telah
dibuat.
C.
Membagi Termin dan Melaksanakan Diskusi
1.
Agar diskusi lebih terfokus dan terarah, sebaiknya waktu
diskusi dibagi menjadi beberapa termin dengan masing-masing termin mengacu pada
permasalahan tertentu. Misalnya ada termin yang khusus membahas tentang:
·
interaksi siswa-siswa dalam kelompok maupun dalam
presentasi hasil diskusi/kerja kelompok,
·
interaksi siswa dengan media belajar,
·
interaksi siswa dengan guru,
·
lompatan-lompatan belajar yang dibuat oleh beberapa
siswa,
·
pengalaman-pengalaman berharga yang dapat diperoleh dari
kegiatan observasi,
·
dan lain sebagainya.
Tema-tema tersebut dapat diatur secara
fleksibel sesuai dengan situasinya.
2.
Setelah termin diskusi dibuka, berikan kesempatan kepada
beberapa orang untuk mengemukakan temuan hasil pengamatan yang menarik untuk
diulas dan yang sesuai dengan tema termin diskusi. Komentar sebaiknya disertai
dengan mengemukakan fakta atau data konkrit hasil pengamatan, misalnya dengan
menunjukkan kelompok atau nama siswa. Kendalikan agar setiap orang menyampaikan
komentar sesuai dengan tema dan dalam bahasa yang ringkas tapi jelas. Hindarkan
uraian komentar yang berbelit-belit.
3.
Di dalam menyampaikan temuan dari hasil observasi,
sebaiknya guru tidak membaca catatan dalam lembar observasi secara keseluruhan,
tetapi disarankan untuk memilih bagian catatan yang terkait dengan tema. Jika
ada komentar yang mulai menyimpang dari tema, sebaiknya diingatkan untuk
kembali menyampaikan komentar yang sesuai dengan tema yang didiskusikan.
4.
Jika ada pertanyaan klarifikasi atau komentar dari
peserta di luar tema atau di luar konteks lesson study maka moderator
harus dapat mengisolir hal tersebut untuk tidak diteruskan, misalnya dengan
cara mengatakan ”hal tersebut akan kita bahas di lain kesempatan”
5.
Setelah seseorang atau beberapa orang menyampaikan
komentar terkait dengan temuannya, moderator harus berusaha untuk menangkap
esensi dan hal menarik yang perlu dibahas lebih jauh terkait dengan penyebab
munculnya fenomena tersebut dan alternatif solusi yang diusulkan.
6.
Setelah beberapa temuan menarik yang sejenis (sesuai tema)
diungkapkan oleh beberapa observer, berikutnya lemparkan masalah tersebut
kepada peserta yang lain untuk ditanggapi, terutama pada ulasan tentang
kemungkinan penyebab munculnya fenomena tersebut dan kemungkinan alternatif
solusinya.
7.
Dalam memberikan masukan tentang alternatif solusi suatu
permasalahan disarankan agar pengusul mendasarkan usulan tersebut pada
pengalaman praktis di sekolah masing-masing atau rujukan teori atau kalangan
pakar pendidikan.
8.
Perhatian dan konsentrasi moderator harus selalu fokus
pada setiap komentar yang disampaiakan peserta, dan selalu dapat berpikir
”Bagaimana membuat situasi diskusi lebih hidup, menarik, dan tidak membosankan.
Jika ada ucapan dari observer atau kejadian-kejadian kecil tertentu yang
memungkin dijadikan bahan ”jok-jok” atau humor maka upayakan untuk dimunculkan
dengan sedikit ”dibumbui” agar menyegarkan suasana.
9.
Upayakan untuk memberikan kesempatan yang merata kepada
semua peserta diskusi. Oleh karena itu hindarkan adanya dominasi komentar atau
bicara pada orang tertentu. Jika ingin membatasi komentar peserta yang terlalu
panjang, maka sampaikanlah dengan bahasa yang halus, dengan sedikit gurauan
atau permintaan maaf. Tunjuk atau mintalah kepada salah satu atau beberapa
peserta yang kelihatan pasif untuk menyampaikan pendapat terkait dengan hal
yang sedang dibahas, misalnya dengan meminta seseorang untuk berpendapat setuju
atau tidak setuju terhadap pendapat yang lain.
10.
Pada akhir setiap termin, moderator harus berusaha untuk
memberikan ulasan singkat, semacam resume, dari hal yang didiskusikan pada
termin tersebut. Hati-hati agar moderator tidak membuat kesimpulan yang
merupakan jastifikasi yang paling benar, atau seolah-olah diskusi tersebut
telah menghasilkan satu aturan yang berlaku umum. Biarlah kesimpulan akhir
dirumuskan sendiri oleh masing-masing peserta dan menjadi ”good practices” yang
akan dicoba untuk diimplementasikan di sekolah masing-masing sesuai dengan
situasi dan kondisi yang ada.
11.
Setelah termin pertama selesai diskusi dilanjutkan ke
termin berikutnya dengan tema atau fokus diskusi yang lain. Selesai dalam arti
masalah yang muncul, kemungkinan penyebab dan alternatif solusinya telah
dibahas secara tuntas. Begitu seterusnya sampai semua masalah yang muncul
didiskusikan.
12.
Pada setiap akhir termin moderator dapat memberikan
kesempatan kepada guru model untuk memberikan tanggapan. Hindarkan tanggapan
dari guru model yang terkesan ”terlalu membela diri” atau mencari pembenaran
atas kejadian atau kekurangan yang ada.
13.
Nara sumber (Dosen dan atau Guru Pamong) diberi
kesempatan untuk menyampaikan komentar singkat terkait dengan fokus diskusi
suatu termin, atau diberi kesempatan berkomentar pada akhir sesi sebelum
refleksi ditutup. Sebaiknya diberikan tekanan pada narasumber hal penting yang
diharapkan mendapatkan ulasan, selain ulasan yang telah dipersiapkan sendiri
oleh narasumber.
14.
Jika ada masukan yang sangat berarti untuk skenario
pembelajaran atau perangkat pembelajaran, maka sarankan agar RPP segera
direvisi oleh guru model atau oleh kelompok.
D. Mengakhiri Diskusi Refleksi
1.
Sebelum menutup forum diskusi refleksi moderator dapat
menyampaikan ringkasan atau penegasan tentang hal-hal penting yang telah
didiskusikan.
2.
Saat menutup jangan lupa menyampaikan ucapan terima kasih
pada semua pihak yang telah berpartisipasi, misalnya kehadiran Dosen FMIPA UM,
Guru Pamong, Kepala Sekolah, Pengawas, Dinas P dan K, dll.
(Bacaan ini diambil
dari Buku Lesson Study (Studi Pembelajaran) oleh Istamar Syamsuri dan Ibrohim,
2008)
Selamat mencoba, mudah-mudahan lebih
berhasil ...!
F. EVALUASI
Jawablah
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jawaban singkat dan sistematis
berdasarkan pemahaman Saudara. Setelah itu cobalah untuk meminta teman
memeriksa jawaban tersebut. Berapa persen Saudara dapat mejawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut.
1.
Jelaskan
pentingnya kegiatan refleksi dalam lesson study!
2.
Jelaskan
secara garus besar rambu-rambu pelaksanaan refleksi yang interaktif dan
efektif!
3.
Mengapa
pengamat disarankan untuk tidak mengkritik guru model dalam kegiatan refleksi.
TUGAS:
Lakukan kegiatan ini secara
sungguh-sungguh sebagai sarana berlatih lesson study.
1.
Jika
Saudara sedang mengikuti kegiatan lesson study di sekolah atau KKG/MGMP
ikutilah kegiatan diskusi refleksi secara sungguh-sungguh, agar memperoleh
pengalaman yang cukup. Perhatikan bagaimana cara moderator, guru model dan
pengamat lain menyampaikan komentar.
2.
Setelah
mengikuti kegiatan lesson study, cobalah untuk merencanakan dan melakukan
tindak lajut berdasarkan hasil observasi dan refleksi. Lakukanlah pembelajaran
di sekolah Anda dengan mengaplikasikan pengalaman-pengalaman baik dari lesson
study.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, 2005. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009 Menuju
Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang. Jakarta: Depdiknas.
Garfield,
J. 2006. Exploring the Impact of Lesson
study on Developing Effective Statistics Curriculum, (Online), (www.stat.auckland.ac.nz/-iase/
publications/11/- Garfield.doc, diakses 19 Juni 2006.
Istamar Syamsuri dan Ibrohim. 2008. Lesson Study (Studi Pembelajaran): Model Pembimbinaan Pendididk dipetik
dari Pengalaman Implementasi Lesson Study dalam Program SISTTEMS JICA di
Kabupaten Pasuruan. Malang:
FMIPA UM
Kusdijantono, T. 2008. Aktualisasi
Pengawasan dalam Lesson Study. Makalah dalam
International Conference on Lesson Study, Bandung,
31 Juli – 1 Agustus.
Liliasari. 2008. Teacher Professional Development through Chemistry
Education Lesson Study at Tanjungsari. Makalah dalam
International Conference on Lesson Study, Bandung,
31 Juli – 1 Agustus.
Lewis, C.C. 2002. Lesson
study: A Handbook of Teacher-Led Instructional Change. Philadelphia: Reseach For better School .Inc.
Lewis, C. Perry, R. Dan Murata, A., 2006. How Should Research
Contribute to Instructional Improvement?: The Case of Lesson study. Educational
Researcher, 35(3):3-14.
Noor, Idris, HM. 2006. Model Pelatihan Guru dalam Menerapkan
Kurikulum Bahasa Inggris. Portal Informasi Pendidikan di Indonesia,
Depdiknas (Online):
Robinson,
Naomi. 2006. Lesson Study: An example of
its adaptation to Israeli middle school teachers. (Online),
(stwww.weizmann.ac.il/G-math/ICMI/ Robinson_proposal.doc, diakses 25 September
2006).
Richards,
J.C., Platt, J. and Platt, H. 1992. Longman
Dictionary of Language Teaching and Applied Linguistics. Longman.
Saito, E., 2005. Changing
Lessons, Changing Learning: Case Study of Piloting Activities under IMSTEP.
Prosiding Seminar Nasional MIPA dan Pembelajarannya & Exchange Experience
of IMSTEP. Malang, 5-6 September.
Saito, E., Harun, I.,dan Ibrohim. 2005.
Penerapan Studi Pembelajaran di Indonesia: Studi Kasus dari IMSTEP. Jurnal Mimbar Pendidikan, 3 (24):24-32.
Saito,
E., Sumar, H., Harun, Ibrohim, Kuboki, I., dan
Tachibana, H. 2006. Development of school based in-service teacher training
under the Indonesian Mathematics and Science Teacher Education Project. Improving Schools, 9(1): 47-59.
Stepanek, J. 2003. Researchers Every Classroom. Northwest Teacher: 4(3): 2-5
Sulasmi, E.S., dan Rahayu, S. 2006. Hasil Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Piloting dan Lesson
Study dalam Pembelajaran Biologi di Sekolah Menengah Kota Malang. Prosiding Seminar
Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA, Yoyakarta. 1 Agustus.
Sumarna.
2006. Implementasi Lesson Study Berbasis
Sekolah untuk Meningkatkan Kemampuan Guru Biologi Melakukan Pembelajaran
Inovatif. Booklet Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan
Penerapan MIPA. Yoyakarta, 1 Agustus.
Walker,
J.S. 2005. UWEC Math Dept. Journal of Lesson Studies. (Online), www.uwec.edu/walkerjs/Lesson_Study/Statement_of_Purpose.pdf., diakses 26 Oktober
2006.
0 komentar:
Post a Comment